Gue adalah salah satu murid pintar di SD gue. Tapi semua berubah semenjak negara api menyerang. Maksudnya, di dalem kelas gue sekarang di SMP ada anak shaleh pinter bin rajin dan anak bedebah beleguk bin males. Ya, gue termasuk "bedebah beleguk bin males." Sampai sekarang gue lupa udah berapa kali gue diomelin dan dihukum, sekaligus pernah masuk bk belum lama ini.
Ada hal lain yang bisa membuktikan gue bocah nekat bandel. Temen gue Mawan, si anak baru yang ternyata berandal itu pernah bawa shisha. Nah gue pernah dengan volume besar berkata, "Itu shisha? Cobain dong!" Dan seketika seisi kelas diam dan menatap gue. Nando yang lagi megang shisha menjulurkan barang asing itu ke gue dan bertanya, "Beneran lu fan?" Gue agak ragu dan takut, tapi gue mengangguk. Gue memandangi shisha, bertanya bagaimana menggunakannya. Teman-teman menatap gue, mantan menatap gue. Melayang di kepala gue dampak dari shisha dan penggunaannya, gimana kalo ketahuan guru, gimana kalo gue di cap cewek gak bener, masa kecil gue, rahasia ketek bersih tante gue, gue inget saat-saat gue minum susu cokelat yang ada bangkai kecoaknya, saat pacaran, saat jomblo.
Lalu setelah gue lap ujung pipanya (bekas Mawan dan teman-temannya), gue memasukkan pipa ke mulut, memencet tombolnya, dan menghisapnya.
Lalu setelah gue lap ujung pipanya (bekas Mawan dan teman-temannya), gue memasukkan pipa ke mulut, memencet tombolnya, dan menghisapnya.
Gak ada rasa, gak ada yang terjadi selain gue menghembuskan gumpalan asap dari mulut gue. Seketika yang lain tepuk tangan dan berteriak-teriak.
"Anjir!"
"Gila lu fan!"
"Wah nekat nih anak."
Gue masih bingung dan mencobanya lagi. Sekali lagi gue mengeluarkan asap dari mulut gue.
Yang lain tertawa dan berkata, "Ketagihan dia!"
Tapi serius, gue gak merasakan apa-apa selain kaget akan apa yang gue lakukan. Gak ada rasa rokok, rasa buah, atau rasa ketek. Cuma perasaan hebat akan pengalaman nyobain shisha. Tapi juga takut kalau ketahuan orang lain selain anak kelas gue. Karna beberapa minggu kemudian si Mawan, Nando, dan penyicip shisha yang cowok pada ketahuan. Dikasus dan hampir di DO!
Semenjak insiden nekat itu gue dipanggil "Legend." Apaan? The Legend of Fanny? Buset gaenak bener.
Ngomongin tentang bandel. Beberapa waktu yang lalu gue bergosip-gosip dengan para cewek (yang kadang 75% bener.) Ada banyak temen gue yang "nakal", atau dulunya alim tapi berubah jadi "nakal." Salah satunya Rina. Belakangan ini dunia gosip merajalela dan semakin bengis. Segala sesuatu yang buruk dijadikan yang paling buruk. Jadi si Rina ini sering berpakaian minimalis di luar maupun di dalam rumah, bersama atau gak bersama pacar (maksudnya cemceman). Dia dan teman-temannya juga sering nyewa hotel buat tidur rame-rame. Untung sejauh ini yang gue denger cuma temen ceweknya yang diajak nginep di hotel.
Ada juga Bircil yang katanya pernah foto cuma pake daleman trus di share di akun socmednya, atau Nica yang foto pake croptop dan hotpants yang menampakkan bulatan perut menggelembung penuh arti.
Gue mengakui diri gue sebagai anak yang bandel. Gue melawan, memberontak, ngelunjak, suka mencoba. Tapi tunggu, gue gak separah itu. Gue hanya suka mencoba yang baru. Setelah gue mencoba hal yang gue tau itu buruk banget, gue gak akan mencobanya lagi. Gue bukan cewek mainstream yang nurut-nurut aja, cengeng, atau cewek macem Rina, Bircil, Nica, atau jablay-jablay malam pecinta cengtri dan baju ketat yang bahan percobaannya aneh-aneh. Gue cuma gak mau kelihatan munafik dan lemah. Kadang gue kelihatan gak peduli dan cuek-cuek aja sama urusan pribadi maupun akademik gue. Tapi sebenernya gue kepikiran banget. Kenapa gue tenang-tenang aja? Karena gue tau apa yang akan terjadi setelah itu, dan gue gak perlu panik atau menangis untuk hal yang sia-sia selama masih ada kesempatan lainnya. Tapi gue punya batasan.
Bahkan pas guru bahasa indonesia gue yang super bulat dan udah tua lagi disorakin karna omongannya gak jelas, gue marah banget sama temen-temen gue yang nyorakin dia. Pake kata-kata kasar lagi. Ih gak bisa maklumin apa, dia kan orang tua. Yah intinya gue gak sebandel mereka lah. Setelah gue melihat kisah nakal menyeramkan teman-teman sekolah gue itu, gue mulai tau fungsi peraturan, kedisiplinan, dan kesopanan memuakkan yang harus gue anut dari rumah gue itu.
Semenjak insiden nekat itu gue dipanggil "Legend." Apaan? The Legend of Fanny? Buset gaenak bener.
Ngomongin tentang bandel. Beberapa waktu yang lalu gue bergosip-gosip dengan para cewek (yang kadang 75% bener.) Ada banyak temen gue yang "nakal", atau dulunya alim tapi berubah jadi "nakal." Salah satunya Rina. Belakangan ini dunia gosip merajalela dan semakin bengis. Segala sesuatu yang buruk dijadikan yang paling buruk. Jadi si Rina ini sering berpakaian minimalis di luar maupun di dalam rumah, bersama atau gak bersama pacar (maksudnya cemceman). Dia dan teman-temannya juga sering nyewa hotel buat tidur rame-rame. Untung sejauh ini yang gue denger cuma temen ceweknya yang diajak nginep di hotel.
Ada juga Bircil yang katanya pernah foto cuma pake daleman trus di share di akun socmednya, atau Nica yang foto pake croptop dan hotpants yang menampakkan bulatan perut menggelembung penuh arti.
Gue mengakui diri gue sebagai anak yang bandel. Gue melawan, memberontak, ngelunjak, suka mencoba. Tapi tunggu, gue gak separah itu. Gue hanya suka mencoba yang baru. Setelah gue mencoba hal yang gue tau itu buruk banget, gue gak akan mencobanya lagi. Gue bukan cewek mainstream yang nurut-nurut aja, cengeng, atau cewek macem Rina, Bircil, Nica, atau jablay-jablay malam pecinta cengtri dan baju ketat yang bahan percobaannya aneh-aneh. Gue cuma gak mau kelihatan munafik dan lemah. Kadang gue kelihatan gak peduli dan cuek-cuek aja sama urusan pribadi maupun akademik gue. Tapi sebenernya gue kepikiran banget. Kenapa gue tenang-tenang aja? Karena gue tau apa yang akan terjadi setelah itu, dan gue gak perlu panik atau menangis untuk hal yang sia-sia selama masih ada kesempatan lainnya. Tapi gue punya batasan.
Bahkan pas guru bahasa indonesia gue yang super bulat dan udah tua lagi disorakin karna omongannya gak jelas, gue marah banget sama temen-temen gue yang nyorakin dia. Pake kata-kata kasar lagi. Ih gak bisa maklumin apa, dia kan orang tua. Yah intinya gue gak sebandel mereka lah. Setelah gue melihat kisah nakal menyeramkan teman-teman sekolah gue itu, gue mulai tau fungsi peraturan, kedisiplinan, dan kesopanan memuakkan yang harus gue anut dari rumah gue itu.